Malam mulai datang menutupi jalan dengan gelap sehingga ia hanya mengandalkan remang remang cahaya bulan dan senter yang ia genggam. Perjalanan panjang melewati gunung yang tinggi, langkahnya mulai melemah, keringatnya mulai bercucuran, serta nafas yang mulai sesak. Ia menangis ingin menyerah dan pulang kerumah yang jelas lebih nyaman juga bisa tidur di kasur yang empuk. Namun, ia mendengar suara teriakan teman-temannya dari belakang bak dorongan kekuatan yang mendorong langkahnya untuk sampai di puncak.
Lampu dari rumah penduduk mulai terlihat, menandakan bahwa mereka semakin dekat dengan lokasi tujuan dan segera merebahkan lelahnya. Setelah melewati malam penuh lelah, Matahari mulai menunjukkan sinarnya di 12 februari di sertai udara yang sangat dingin. Ia bergegas membersihkan diri dan menuju tempat yang di sebut sekolah, Lelahnya seperti mereda ketika melihat anak-anak kecil yang menunjukkan tawa serta semangat di pagi hari untuk menuntut ilmu.
Mereka menggandeng tangan mungil dan tubuh yang kecil itu menuju sekolah yang jaraknya 2km dari posko relawan. sesampainya di sekolah, ia di kejutkan dengan seorang anak yang banyak diam sedari tadi. Namanya rezky, berbadan sehat dan berkulit coklat. Anak yang sedikit pemalu untuk berinteraksi secara langsung dengan perempuan, tidak terlalu paham bahasa indonesia namun mengerti apa yang para relawan ucapkan. Wajar saja jika anak kecil belum bisa berinteraksi dengan orang baru, wajar saja jika anak itu merasa sungkan untuk mengucapkan sesuatu.
Diluar dari rasa pemalunya, anak itu memiliki semangat yang besar untuk belajar yang mungkin saja tidak dimiliki oleh anak-anak lain, saat berbicara cita-cita anak itu ingin menjadi polisi katanya. Anak itu mulai menunjukkan tawanya dan keaktifannya saat sudah mulai cocok dengan relawan-relawan yang mengajar di kelas, berlari dan mengajak bermain serta berbagi cerita kecil anak pelosok. Sampai di hari terakhir dari banyaknya waktu yang di lalui bersama para relawan dan anak-anak lucu. Terlihat mata yang di penuhi harapan tinggi dari anak-anak itu, ia menangis tersedu ketika seorang anak kecil memintanya agar tidak pergi sembari memeluknya. Pelukannya hangat bak rumah yang harusnya selama ini menjadi tempat pulang.
Para relawan melambaikan tangan kepada anak-anak yang 3 hari memberi kesan indah untuk perjalanan hidup mereka. Mereka pergi namun akan kembali nantinya untuk membantu anak-anak menanam bunga yang akan anak-anak itu petik nantinya. "Semangat belajar adik-adik manis, ada impian tinggi yang harus kalian capai nantinya"
📍Sekolah Jauh SDN 25 Lampaniti Dusun Padang Pare, Desa Tabo-Tabo, Kec Bungoro, Kab Pangkep.
Tertanda, Kak elfeni.
#CeritaAnakPelosok
#Guruuntukbangsaku
#Generasiuntukgenerasi